Kapan Harus Berjuang dan Merelakan?

Akhir-akhir ini saya sering nonton Youtube untuk killing time kalau lagi bosan. Bukaan, bukaan nonton vlog influencer, saya lebih senang nonton kompetisi pencarian bakat, siaran ulang acara tv, review sesuatu, atau web series.

Setelah menonton salah satu video di Youtube, saya dapat insight baru. Perihal kegagalan dan menemukan jalan yang baru. Tidak semua inginnya kita selalu mendapat jawaban “ya”. Ada kalanya jawabannya “iya”, tapi dengan bentuk yang lain. Setelah dijalani dan ikhlas, kita baru akan sadar kalau jawaban iya yang sudah diberikan itu adalah jawaban yang terbaik. Tapi bukan bagian ini yang saya maksud, ini baru intro-nya.

Bagian terpentingnya adalah kapan harus mengikhlaskan dan kapan harus tetap berjuang pada apa-apa yang kita usahakan.

Kita harus punya kemampuan khusus perihal ini. Berarti secara tidak langsung, seseorang harus berani mengambil keputusan hebat dalam hidup. Harus berani menghadapi kegagalan, keputusasaan, dan keluar dari zona nyaman supaya kemampuan kehidupan seseorang muncul.

Kapan seseorang harus berhenti, kapan harus tetap berjuang. Kapan mengikhlaskan, kapan harus tetap yakin dan berdoa.

Tentunya kemampuan ini tidak bisa didapat dengan sekali kedipan mata atau dengan sekali rintangan. Butuh berpuluh-puluh atau mungkin ratusan kali percobaan melawan rasa ragu. Butuh ribuan hari untuk benar-benar melatih kesiapan menghadapi situasi yang abu-abu. Mungkin akan berhasil di hitungan tahun kelima? Atau bahkan setelah puluhan tahun? Entahlah, saya juga masih memikirkan itu sampai sekarang. Pastinya capaian setiap orang akan berbeda-beda sesuai dengan waktu terbaiknya.

Lalu, kalau ternyata kekuatan yang kita miliki baru dikerahkan 3 dari 5, berarti harus tetap jalan, dong? Tapi kalau sudah 7 dari 5 kekuatan? Nah, disini kemampuan itu dilihat. Benar kita harus berhenti? Atau sebenarnya kita masih harus berjuang sedikit lagi?

Leave a comment