Dari Pandemi Kita Belajar: Mengontrol Pikiran itu Penting

Semua orang pasti setuju tahu 2020 tuh tahun yang aneh banget, unpredictable! Tahun berikutnya, 2021, anehnya juga aneh banget, deh. Banyak yang mengira, atau mungkin berharap lebih tepatnya kalau pandemi akan selesai dalam hitungan setahun saja. Oh tapi ternyata tidak begitu, saudara-saudari. Sampai saat ini kita bahkan masih berjuang melawan corona, si virus mematikan. Banyak yang jadi korban, banyak yang merasa lelah, berita duka jadi berita yang biasa didengar setiap hari.

Kalau kata Faheem Younus, ahli medis dan juga dokter berpengalaman asal Amerika yang hits dikalangan netizen twitter Indonesia, harapan itu bukan strategi buat menghilangkan pandemi ceunah! Tapi maksudnya kita harus menghadapinya dengan strategi, melakukan sesuatu bukan hanya berharap “semoga… semoga…” saja.

Ketakutan ada di sekitar kita dan cemas jadi mudah datang

Berbagai kondisi yang ada membuat ketakutan dan cemas jadi campur aduk. Kita jadi mudah gak tenang, mudah dikendalikan kondisi yang ada di sekitar dan lupa untuk fokus pada diri.

Ketakutan jadi hal yang sering ada di sekitar kita. Takut terkena virus, takut orang tersayang pergi selama-lamanya, takut kehilangan pekerjaan, dan banyak ketakutan lainnya.

Cemas jadi mudah datang. Dengar suara ambulan yang berkali-kali lewat, dengar berita duka yang tak henti masuk di whatsapp group, sampai melihat berita mengenai kasus covid yang tidak kunjung selesai. Informasi yang tak terkendali jadi berdampak pada pikiran dan fisik. Tidak nyaman, pusing, ada juga yang tiba-tiba merasa suhu badannya meningkat, ada juga yang tiba-tiba jadi mudah sesak napas setelah mendengar informasi yang tidak nyaman.

Kecemasan muncul karena adanya pikiran mengenai ketakutan yang tidak diinginkan terjadi di masa depan. Di masa pandemi ini, kita cemas dengan banyak hal. Apakah saya bisa terpapar virus corona? Apakah saya membawa virus ke rumah dan menularkan keluarga? Kapan pandemi ini akan berakhir? Apakah saya bisa tetap terus bekerja dan tidak dirumahkan? Serta banyak hal yang jadi kecemasan banyak orang. Kondisi yang rumit membuat semua aspek jadi makin sulit terutama pikiran.

Cemas tanpa melakukan sesuatu juga bukan sesuatu yang baik untuk dilakukan karena kurang tepat. Kalau kata dokter Faheem Younus hanya berharap bukan sebuah strategi karena tidak membuat kita lari atau menyelesaikan masalah yang ada toh? Maka kita harus melakukan sesuatu minimal untuk menenangkan dan menyelamatkan diri sendiri dulu.

Itulah kenapa kemampuan mengontrol pikiran untuk tetap tenang itu adalah kemampuan yang penting banget untuk terus di asah selama pandemi ini. Saat kita tidak bisa tenang untuk mengontrol pikiran, maka pikiran cemas dan takut jadi mudah menguasai diri.

Lalu, apa yang bisa kita lakukan untuk mengurangi kecemasan yang susah bangeeett pergi dari pikiran?

  1. Ingat, bahwa detik ini kita hidup untuk hari ini. Kita sedang berada di saat ini bukan di masa lalu yang sudah terjadi atau masa depan yang belum dijalani.
  2. Kurangi mengakses informasi terlalu banyak. Batasi kamu mau akses informasi apa saja tiap harinya. Misalnya update informasi mengenai berita hari ini dan buka sosmed mengenai hal yang kamu sukai. Batasi juga durasinya, 30 menit – 1 jam totalnya perhari bisa dicoba.
  3. Menyibukkan diri dengan berbagai aktivitas. Menyelesaikan pekerjaan, tugas, bersih-bersih rumah, olahraga, masak-masak, melakukan hobi, dan kegiatan lain yang menyenangkan dan bikin kamu tidak memikirkan cemas yang kadang tiba-tiba muncul.
  4. Melakukan prokes sesuai ketentuan yang sudah ditetapkan. Tidak keluar rumah kecuali karena urusan penting, memakai double masker ketika keluar rumah, jaga jarak ketika bertemu dengan orang lain, konsumsi makanan bergizi dan vitamin, berjemur, serta berolahraga.
  5. Perbanyak juga berdoa, tentu ini penting karena kita sudah berusaha dan berikhtiar dengan melakukan prokes.
  6. Kalau sudah melakukan itu semua, YAKINKAN DIRIMU bahwa apa yang sudah dilakukan semua sudah baik dan benar. Segala yang terjadi tentu juga ada kuasa Tuhan, tugas kita sebagai manusia adalah berusaha dan berdoa. Setuju, temans?

Kalau ternyata sudah melakukan itu semua tapi masih cemas?

YAKINKAN terus dirimu bahwa yang kamu lakukan sudah baik dan benar. Kita perlu dan harus tenang ketika sudah melakukan prokes dan berdoa karena tandanya kita sedang mencoba melawan kecemasan dengan ketenangan.

Mantra ala aku ketika sedang merasa cemas di tengah pandemi yang sungguh menguras emosi, pikiran, juga fisik:

Aku sudah melakukan prokes dengan benar. Aku yakin apa yang sudah dilakukan. Aku bisa tenang menghadapi kondisi pandemi ini. Aku sudah berusaha menjaga diri dan keluarga. Aku sudah berdoa maka aku akan dilindungi-Nya.

fnibrass

Mengontrol pikiran itu penting banget untuk perkembangan diri terutama supaya gak mudah cemas. Tentu ada masanya bisa tiba-tiba cemasnya muncul tapi kalau kita sudah tahu gimana melatih dan mengontrolnya, kita bisa nyaman lagi dengan diri.

Stay safe, stay sane, and stay healthy, yaa, temans!

Tidak Apa Menjadi Lemah, Nanti Kita Akan Kuat Lagi

Setiap dari kita pasti pernah merasa tidak baik-baik saja. Pernah juga pasti merasa lelah dengan keadaan yang sedang dijalani. Sering pula bersemangat dan menawarkan bantuan diri kepada orang lain, sesederhana menjadi pendengar yang baik atau siap sedia ketika orang lain membutuhkan.

Dua keadaan yang saling bertolak belakang. Kadang jadi kuat, kadang jadi tak sanggup menopang kehidupan diri sendiri. Ibaratnya, hidup kita adalah ombak. Ada waktu dimana airnya menenangkan, dilain waktu airnya menjadi gulungan air yang besar memporak-porandakan sekitar.

Pada beberapa orang, kadang saya spontan menawarkan bantuan. “Kalau ada apa-apa atau butuh cerita, aku ada, ya.” Menawarkan bantuan seperti itu apa karena kami akrab? Enggak juga, kadang gak kenal mendalam kehidupannya, hanya sebatas teman kenalan biasa, atau yaa gak sedekat itu juga, sih. Ada juga yang akrab tapi yaa semua orang punya nyamannya masing-masing karena pada akhirnya belum tentu juga saat itu dia sudah mau cari bantuan. Setiap orang punya masanya masing-masing sampai akhirnya percaya untuk cari bantuan. Nanti akan saya tuliskan mengenai ini terpisah deh, ya …

Tapi saya percaya, menawarkan bantuan baik pasti boleh dilakukan. Perkara akan diminta bantuan atau bisa menolongnya, itu belakangan. Saya sering menawarkan agar mereka tahu bahwa ada orang lain yang juga peduli. Jadi, supaya gak merasa sendiri. Begitu.

Nah, yang paling sering dilakukan untuk menawarkan bantuan ya ke beberapa orang-orang terdekat. Saya akan lebih intens bertanya, “Kenapa? Ada yang perlu dibantu? Beneran gak kenapa-napa?” Mencoba ada untuk orang lain. Apakah saya tidak butuh bantuan? Oh jangan tanya, pasti setiap orang di dunia ini butuh bantuan, kok! Apakah langsung minta bantuan? Yaa, jawabannya tidak selalu hehehe.

Beberapa waktu ini akhirnya menyadari bahwa menjadi tidak baik-baik saja, yaa tidak apa. Mengakui bahwa sedang lemah, sedang tidak semangat, atau sempat ingin berhenti. Awalnya terasa aneh karena saya terbiasa untuk “Aku ada untuk kamu, mengusahakan ada. Tapi kalau kamu lagi gak bisa ada untuk aku, gak apa-apa. Nanti kita cari waktunya yang pas.” Memprioritaskan orang lain tapi lupa ada diri juga yang utama.

Sampai akhirnya di tahap ada seorang teman yang akhirnya menawarkan bantuan, “Kalau ada kenapa-napa, aku ada ya. Jangan sungkan.” Wah, saya kira dia basa-basi aja, toh kalau dia sibuk dengan urusannya dan saya sedang butuh, paling-paling lupa lagi menawarkan bantuan. Eh, ternyata enggak, lho! Dia benar mengusahakan untuk ada. Kami jadi saling menguatkan satu sama lain. “Kok bisa, ya? Oh, gini ya rasanya?” kata saya dalam hati.

Rasanya aneh, tapi menyenangkan juga melegakan. Tenaga dan semangat seperti terisi, tahu ada teman yang mau mendengar keluh kesah tapi juga dilain waktu butuh disemangati. Ada energi yang saling, memberi dan menerima. Saya akhirnya benar-benar memahami bahwa menjadi lelah dan lemah yaa tidak apa-apa. Nanti di lain waktu, kita akan jadi kuat lagi untuk diri dan orang lain.

Mengakui rasa lemah dan kalah tentu tidak mudah. Tapi mengakui adanya perasaan itu berarti kita hebat bahwa ada sisi yang awalnya tidak ingin dilihat tapi akhirnya berani menghadapi. Kita jadi manusia seutuhnya bahwa setiap individu punya kelemahan juga kelebihan. Menariknya, dari sudut pandang saya, kelemahan itulah yang menjadi kekuatan baru di dalam diri.

Jadi, untuk kamu yang sedang tidak baik-baik saja,

“Tak apa merasa ingin menyerah, kalah, dan lelah. Jalani pelan-pelan apa yang kamu lakukan. Kalau butuh istirahat, menjeda dulu juga gapapa. Gak harus jadi sempurna, selesai sampai garis akhir dengan segala yang sudah dilakukan dan diusahakan itu sudah hebat, kok! Kita mungkin akan sering lihat kiri-kanan ke orang lain dan membandingkan dengan diri, tapi cara itu malah jadi gak menyelesaikan apa-apa. Kamu yang jalani kehidupanmu, maka kamu fokus dengan dirimu. Lakukan yang terbaik, maka itulah hasil yang harus kamu banggakan. Kamu hebat karena dirimu bukan karena orang lain!”

Selamat menghadapi diri, ya!

Mengenal Jenis Self-Care yang Bisa Bantumu Atasi Stres

Kita sering banget membaca atau mendengar kalau self-care itu sangat penting bagi diri sendiri. Tapi kadang suka bingung, self-care itu apa dan sepenting apa sih? Banyak banget yang sering ngajakin self-care dan kayaknya banyak banget jenisnya sampai susah bedainnya. Yuk, kenalan dulu dengan self-care!

Self-care adalah aktivitas atau strategi untuk menjaga kesehatan mental, emosi, dan fisik kita. Self-care juga berguna sebagai manajemen stres, mengurangi kecemasan, memperbaiki suasana emosi seseorang, dan kunci hubungan yang baik dengan diri sendiri atau orang lain.

Self care ini ternyata jenisnya banyaak banget. Kita bahas yuk di postingan kali ini.

1. Physical Self-Care

Seperti yang kita tahu, kesehatan fisik dan mental itu sama pentingnya. Saat kita menjaga kesehatan tubuh, kesehatan mental kita juga berpengaruh secara positif. Kamu bisa melakukan physical self-care seperti berolahraga, berjalan sambil melihat pemandangan sekitar, dancing (tiktokers, anyone? :p ), tidur dengan waktu yang cukup, melakukan massage, mandi dengan bubble bath, bersepeda pagi atau sore hari, dan menjaga kesehatan fisik lainnya.

2. Emotional Self-Care

Emosi jadi bagian sehari-hari yang mempengaruhi diri kita. Kemampuan kita untuk mengolah dan mengontrol emosi sangat berpengaruh pada kesejahteraan mental yang tentunya berdampak pada kualitas hidup. Terkoneksi dengan emosi adalah proses yang sangat penting dalam hidup agar kita jadi pribadi yang sehat mental.

Salah satu cara emotional self-care adalah dengan melakukan journaling yaitu mencatat perjalanan emosi seseorang pada waktu tertentu. Journaling biasanya dilakukan dalam bentuk harian dan atau mingguan. Selain itu, bercerita kepada teman, melakukan afirmasi positif pada diri, dan bersyukur juga termasuk dalam aktivitas emotional self-care. Melakukan konseling dengan psikolog juga termasuk emotional self-care, lho!

3. Mental Self-Care

Bagaimana cara kita berpikir dan melihat perspektif dapat mempengaruhi aspek psikologis kita. Nah, kegiatan mental self-care bisa berguna untuk merangsang pikiran serta jiwa menjadi lebih sehat.

Aktivitas mental self-care bisa dilakukan dengan cara melakukan permainan yang mengasah otak, mendengarkan podcast, melakukan hobi seperti melukis atau berkebun, membaca buku, atau menonton film.

4. Social Self-Care

Manusia itu makhluk sosial maka sangat wajar jika kita tidak bisa hidup tanpa orang lain. Salah satu cara untuk bisa terus terkoneksi dengan orang lain adalah dengan bersosialisasi. Meskipun begitu, tidak sedikit orang-orang yang kadang kesulitan untuk berkomunikasi dengan orang lain entah karena kesibukan atau hambatan lainnya. Social self-care ini tetap penting lho dilakukan bahkan bagi orang introver, yang tidak terlalu nyaman dengan keramaian orang.

Mari kita lihat apa saja sih yang termasuk dalam jenis self care ini:

Melakukan quality time dengan keluarga, menelepon anggota keluarga, berkumpul dengan sahabat dan orang tersayang, cuddling with your pet, mengirim kue atau hal kesukaan lainnya untuk orang lain, atau mengikuti komunitas yang sesuai dengan minatmu.

5. Spiritual Self-Care

Aspek spiritual tidak kalah penting untuk perkembangan psikologis kita. Menjaga semangat untuk tetap terhubung dengan jiwa kita, mengembangkan makna dan pemahaman akan kehidupan adalah tujuan melakukan spritiual self-care.

Aktivitas seperti melakukan yoga, meditasi, berdoa, dan mengikuti kegiatan keagamaan termasuk dalam jenis spiritual self-care.

6. Practical Self-Care

Bahkan kegiatan yang tidak terlihat seperti self-care ini bisa dianggap sebagai salah satu cara merawat diri, lho. Aktivitas yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan diri dan mengurangi stres ternyata bisa masuk dalam kategori practical self-care.

Apa saja bentuknya? Merapikan inbox email terutama dari news letter yang menurutmu tidak penting, merapikan meja kerja atau meja belajar, menyiapkan makanan saat masuk waktu makan bersama di meja makan, atau menjadwalkan apa saja yang mau kamu lakukan dalam seminggu.

7. Professional Self-Care

Terakhir, ada professional self-care. Nah jenis ini cocok banget diterapkan bagi kamu yang bekerja, baik yang full-time, part-time, atau freelance. Aktivitas-aktivitas ini bisa mendukung porduktivitasmu menjadi lebih seimbang dalam bekerja.

Kegiatan yang termasuk dalam professional self-care adalah mengatur pengingat untuk istirahat makan siang, menghabiskan waktu bersama rekan kerja sepulang kerja, melakukan to-do list dan tidak terdistraksi dengan hal lain, mengikuti pelatihan atau seminar yang bisa meningkatkan skill dan jenjang karir, dan mendapatkan fasilitas kesehatan dari kantor.

Melakukan self-care bukanlah hal yang egois atau hanya mementingkan diri sendiri. Aktivitas self-care bisa membantu kita untuk lebih menyayangi diri dan sebagai cara untuk stress management.

Nah, semoga tulisanku kali ini bisa membantumu mengenal dan mengetahui apa saja jenis self-care, ya. Your mental health matters!

Sumber tulisan, klik di sini dan di sini.

Kapan Harus Berjuang dan Merelakan?

Akhir-akhir ini saya sering nonton Youtube untuk killing time kalau lagi bosan. Bukaan, bukaan nonton vlog influencer, saya lebih senang nonton kompetisi pencarian bakat, siaran ulang acara tv, review sesuatu, atau web series.

Setelah menonton salah satu video di Youtube, saya dapat insight baru. Perihal kegagalan dan menemukan jalan yang baru. Tidak semua inginnya kita selalu mendapat jawaban “ya”. Ada kalanya jawabannya “iya”, tapi dengan bentuk yang lain. Setelah dijalani dan ikhlas, kita baru akan sadar kalau jawaban iya yang sudah diberikan itu adalah jawaban yang terbaik. Tapi bukan bagian ini yang saya maksud, ini baru intro-nya.

Bagian terpentingnya adalah kapan harus mengikhlaskan dan kapan harus tetap berjuang pada apa-apa yang kita usahakan.

Kita harus punya kemampuan khusus perihal ini. Berarti secara tidak langsung, seseorang harus berani mengambil keputusan hebat dalam hidup. Harus berani menghadapi kegagalan, keputusasaan, dan keluar dari zona nyaman supaya kemampuan kehidupan seseorang muncul.

Kapan seseorang harus berhenti, kapan harus tetap berjuang. Kapan mengikhlaskan, kapan harus tetap yakin dan berdoa.

Tentunya kemampuan ini tidak bisa didapat dengan sekali kedipan mata atau dengan sekali rintangan. Butuh berpuluh-puluh atau mungkin ratusan kali percobaan melawan rasa ragu. Butuh ribuan hari untuk benar-benar melatih kesiapan menghadapi situasi yang abu-abu. Mungkin akan berhasil di hitungan tahun kelima? Atau bahkan setelah puluhan tahun? Entahlah, saya juga masih memikirkan itu sampai sekarang. Pastinya capaian setiap orang akan berbeda-beda sesuai dengan waktu terbaiknya.

Lalu, kalau ternyata kekuatan yang kita miliki baru dikerahkan 3 dari 5, berarti harus tetap jalan, dong? Tapi kalau sudah 7 dari 5 kekuatan? Nah, disini kemampuan itu dilihat. Benar kita harus berhenti? Atau sebenarnya kita masih harus berjuang sedikit lagi?

Hal yang Harus Dilakukan Sebelum Pergi ke Psikolog

Tidak sedikit dari calon klien yang kebingungan ketika memutuskan ingin pergi ke psikolog. Apa dulu ya yang harus dilakukan? Kali ini aku akan memberikan tips apa saja yang harus dipersiapkan sebelum ke psikolog. Here we go!

Tentukan topik yang mau kamu konsultasikan.

Mungkin banyak hambatan psikologis yang ingin kamu konsultasikan. Tapi ketika semua permasalahan itu kamu konsultasikan, hal itu tidak akan efektif dan malah membuang waktu karena keterbatasan sesi. Pilih satu topik yang paling penting untuk diselesaikan dulu. Setelahnya kamu bisa konsultasi lanjutan di sesi selanjutnya. Oh, ya, dalam satu sesi biasanya dilakukan selama 45-60 menit. Ketika waktunya bertambah, otomatis akan menambah biaya konsultasinya.

Buatlah jurnal atau catatan mengenai emosi yang dirasakan dan reaksi fisik yang muncul

Saat membuka sesi konultasi, psikolog atau psikiater akan bertanya mengenai emosi yang kamu alami selama 1-2 minggu terakhir. Apa saja emosi yang sedang dirasakan, berapa lama waktu yang dirasakan, sampai reaksi fisik apa saja yang muncul. Penting bagi kamu untuk mengingat kejadian tersebut agar para profesional bisa memahami lebih dalam hal yang sedang kamu rasakan. Adanya catatan ini tentunya akan membantu kamu dan profesional dalam sesi konsultasi.

Cari biro psikologi, rumah sakit, puskesmas, atau psikolog.

Mencari psikolog sama seperti mencari dokter, akan ada cocok-cocokannya. Ada psikolog yang tegas, ada yang lemah lembut, macam-macam. Kadang klien membutuhkan psikolog yang tegas, kadang juga yang lembut. Kamu bisa tanya teman atau di forum online penyintas (survivor) yang sudah pernah berkonsultasi dengan psikolog tertentu supaya kamu punya gambaran.

Cari tahu price list untuk tiap pertemuan konsultasi.

Tidak bisa dipungkiri bahwa konsultasi ke psikolog dibutuhkan lebih dari 1 kali pertemuan. Belum lagi kalau ternyata dibutuhkan sesi terapi untuk membantu memulihkan keadaan psikismu. Sudah banyak rumah sakit di Indonesia yang bisa meng-cover biaya poli psikologi lewat BPJS agar tidak terbebani dengan biaya. Pastinya kamu harus melewati beberapa prosedur supaya bisa menggunakan fasilitas BPJS tersebut. Tapi, ada juga beberapa biro psikologi yang sistemnya menggunakan donation-based. Dimana kliennya diperbolehkan untuk membayar sesi konsultasi sesuai kemampuannya.

Buat janji dengan psikolog.

Setelah kamu mencari psikolog yang sesuai dengan budget-mu, jangan lupa buat janji pertemuannya. Beberapa psikolog bisa ditemui saat weekend, jadi tidak mengganggu waktu kuliah/kerjamu.

Satu hal yang harus kamu pahami adalah psikolog telah disumpah untuk melaksanakan kode etik dengan baik, salah satunya adalah menjaga kerahasiaan data. Jadi, kamu tidak perlu ragu untuk membuka semua hal yang berkaitan dengan hambatanmu.  Konsultasi akan berjalan efektif saat klien mau membuka dirinya ketika sesi berlangsung. Mungkin kamu akan merasa “ditelanjangi” karena akhirnya kamu harus mengatakan kejadian yang mungkin selama ini kamu pendam. Tapi percayalah, ketika kamu berhasil membuka “luka” yang ada di dirimu dan berhasil menghadapinya dengan berani, akan ada perasaan lega dan bangga karena kamu bisa melakukannya.

Nah, kalau kamu sudah mendapatkan informasi ini, tidak perlu ragu untuk pergi mencari pertolongan ke psikolog. Semakin kesini, stigma negatif tentang orang yang pergi ke psikolog makin berkurang, kok. Kalau kamu masih ragu, bisa ajak keluarga, teman, atau orang kepercayaan supaya lebih yakin lagi.

Oh ya, aku punya rekomendasi biro psikologi yang donation-based, lokasinya berada di Jakarta. Tentunya ini bisa menjadi referensimu selain menggunakan BPJS.

Klik disini: Psikologi Kita Konsulting

Semoga membantu, ya. 🙂

Indonesia (Semoga) Ramah Kesehatan Mental

Sepertinya tahun 2018 adalah tahun dimana banyaaak banget yang mulai sadar akan pentingnya kesehatan mental. Banyak komunitas atau support group untuk para penyintas (survivor), akun edukasi tentang pentingnya kesehatan mental juga mulai bermunculan, sampai orang-orang yang memang concern ke arah kesehatan mental juga gak ragu untuk bantu spread awareness.

Memang, gak mudah untuk menyebarkan hal baik ini. Banyak yang bilang kalau, “ah, kalo di luar negeri itu kamu gak perlu takut untuk pergi ke profesional (psychologist or psychiatrist), gak kayak di Indonesia.” But, hey, ilmu psikologi aja bahkan baru masuk ke Indonesia sekitar tahun 1950-an, lho! Bayangkan betapa masih newbie-nya ilmu ini di negara kita dibandingkan dengan negara Eropa sana yang memang udah lebih dulu ada dan berkembang bahkan sejak tahun 1800-an *cmiiw, ya*.

Ilmu psikologi yang masuk ke Indonesia tentunya harus melewati proses penyesuaian terutama tentang norma dan budaya yang ada. Karena ilmu psikologi ini awal mulanya kan berasal dari negara Barat yang udah pasti ada hal-hal yang gak bisa disamaratakan dengan kehidupan di Indonesia.

Jadi, bagi kita-kita yang memang concern dengan isu kesehatan mental ini, akan masih banyak PR yang harus dikerjakan. Terutama untuk bisa mengubah stigma negatif tentang kesehatan mental yang kadang masih suka tumpang tindih dengan pemahaman yang masih keliru. Jalannya masih panjang, tapi bukan berarti prosesnya akan lama karena gak menutup kemungkinan semakin banyak yang mau peduli tentang isu ini, akan semakin banyak juga yang akan mau mengerti dan memahami.

Selalu, gak ada alasan untuk tidak menyebarkan energi positif dan ilmu kesehatan mental yang benar. Karena kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Setuju?

Fenomena NKCTHI dan Mantra-mantra: Pentingnya Self Healing dan Self Love

Nampaknya tahun 2018 merupakan tahun dimana masyarakat Indonesia mulai melek akan pentingnya kesehatan mental. Banyak institusi, komunitas, hingga influencer media sosial yang berbagi akan pentingnya kesehatan mental (kesmen).

af7aa53f8a1bfe5b74df718238a417e3--teen-gifts-gifts-for-teens

Ada salah satu akun Instagram yang bernama @nktchi, Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini, yang rajin menulis tentang pengingat diri juga penyemangat disaat sedang merasa down. Tulisan sederhana dengan grafis minimalis menjadi daya tarik tersendiri dari akun ini. Berangkat dari keresahan pribadi, pemilik NKCTHI yaitu Marchella FP, menuangkan uneg-unegnya melalui tulisan dan gambar yang digitalisasi.

Marchella mengungkapkan bahwa jika sedang merasa tidak nyaman dengan emosinya, biasanya ia tidak langsung mengungkapkan emosinya melalui media sosial. Jika dirasa terlalu “meledak-ledak”, ia menuliskannya di jurnal pribadi terlebih dahulu kemudian setelah emosinya mereda barulah ia ceritakan kepada sahabat atau menguploadnya di media sosial. Hal ini karena ia tidak ingin orang lain merasakan emosi negatif dari uneg-uneg yang ia rasakan.

Lain NKCTHI, lain pula dengan Mantra-mantra milik Kunto Aji. Jebolan salah satu ajang pencarian bakat ini mengatakan alasan ia mengangkat tema kesehatan mental dalam album terbarunya adalah berawal dari kehidupan pribadinya dan orang lain. Menurutnya, kesehatan mental sebenarnya tidak selalu tentang suatu mental illness atau hal-hal berat lainnya. Namun keresahan, beban psikologis, stres, juga termasuk dalam ranah kesehatan mental. Salah satu lagu yang paling mewakili Kunto Aji dalam lagu ini adalah Topik Semalam. Beberapa tahun yang lalu ia diberi tenggat waktu oleh pasangannya tentang kejelasan hubungan mereka. Aji, sapaan akrabnya, disuruh memilih harus serius ke jenjang pernikahan atau mengakhiri hubungan mereka. Hal ini menambah beban psikologisnya karena bertepatan dengan penggarapan album pertamanya. Dengan persiapan dan resiko yang siap ia hadapi, akhirnya Aji menjawab tantangan pasangannya untuk membuktikan bahwa dirinya memang ingin serius ke jenjang pernikahan.

Salah satu kolaborasi ciamik antara NKCTHI dan Mantra-Mantra dapat didengar pada lagu Rehat.

Yang ditunggu, yang diharap, biarkanlah semesta bekerja untukmu.

Klik untuk mendengarkan lagunya disini.

Banyak respon positif datang untuk dua influencer ini. Bagi para peminatnya, ketika penggiat seni lain berlomba-loma untuk membuat karya dengan tema cinta, mereka berdua mengangkat hal-hal keseharian yang jarang tersentuh; kesehatan mental. Tidak sedikit juga yang mengatakan bahwa NKTCHI dan Mantra-mantra adalah salah satu sarana untuk self healing dan self love.

Berbicara mengenai self healing dan self-love, terkadang seseorang tidak menyadari bahwa mencintai diri sendiri sama pentingnya dengan mencintai dan menyayangi orang lain. Namun hal tersebut luput dari perhatian dan yang ada malah menyiksa diri sendiri karena harus berkorban untuk orang yang dicintainya. Tidak sedikit juga yang merasa menjadi tidak mencintai dirinya karena merasa tidak punya apa-apa atau tidak mampu melakukan apapun. Padahal kesemuanya itu terjadi karena tidak memahami dan tidak mencintai dirinya sendiri.

Lalu, bagaimana caranya agar muncul self-love di dalam diri tiap individu? Hal pertama yang harus kamu lakukan adalah menerima kejadian buruk yang terjadi di masa lalu. Marah, kecewa, sakit hati, takut, dan putus asa. Terima perasaan itu, pahami bahwa mereka adalah bagian dari sejarah hidup yang gunanya untuk mendewasakan diri dan mulai berhenti menyalahkan diri sendiri. Tentu, proses berhenti menyalahkan diri untuk melepaskan (healing) energi negatif ini bukanlah sesuatu yang mudah.

Bukan hal yang mustahil untuk mencintai diri sendiri meskipun mempunyai sejarah yang tidak menyenangkan. Mendobrak perasaan bersalah, menghilangkan energi negatif dalam diri, menghapus trauma yang ditorehkan oleh orang lain, akan bisa hilang dan sembuh dengan kekuatan diri sendiri. Perlu adanya pembiasaan dan latihan yang intens agar proses healing bisa berjalan dengan baik.

Yang harus diingat, kamu adalah seseorang yang berharga, bahkan untuk dirimu sendiri. Carilah sisi terbaik dari dirimu karena setiap kita selalu punya kelebihan yang bisa jadi kamu belum menyadarinya.

Selamat mencintai diri sendiri, ya!

 

***

Sumber gambar diambil dari sini.
*Sumber mengenai NKTCHI dan Mantra-mantra didapat dari Instagram Stories, mendengarkan hasil wawancara di radio, dan artikel di media online*

https://www.psychologytoday.com/us/blog/intimacy-path-toward-spirituality/201510/what-it-really-means-love-yourself

https://positivepsychologyprogram.com/self-compassion-self-love/

https://psychiceveryday.com/healing-yourself-begins-self-love/

Seberapa Penting Kesehatan Mental Bagi Seseorang?

Setiap tanggal 10 Oktober dirayakan sebagai World Mental Health Day atau Hari Kesehatan Mental Sedunia. Karena itu, sebagai pembuka postingan blog ini, saya akan membahas sedikit tentang pentingnya kesehatan mental bagi tiap individu.

relatedmedia-1

Dalam keseharian kita, kesehatan biasanya diasosisikan dengan kesehatan fisik. Padahal menurut WHO, kesehatan terbagi menjadi dua yaitu kesehatan fisik dan psikis (mental).

Bagaimana, sih, sehat secara fisik dan juga mental?

Sehat secara fisik biasanya seseorang terlihat bugar dan tidak sedang merasa sakit secara fisik. Contohnya tidak sedang flu, demam, atau sakit fisik lainnya. Sedangkan sehat secara mental adalah mempunyai emosi yang bisa dikontrol, tidak sedang merasa stres, dan lain sebagainya. Contohnya tidak sedang stres karena beban kerja/sekolah, tidak merasa tertekan di lingkungan dan beban psikologis lainnya. Kedua aspek ini bisa berdampak pada aktivitas seseorang, bisa menjadi efektif atau malah menghambat seseorang.

Seberapa banyak, sih, orang-orang yang mau peduli dengan kesehatan mental?

Sayangnya di Indonesia belum terlalu banyak yang peduli dengan kesehatan mental. Tapi bukan berarti sesedikit itu, ya, yang tidak peduli. Malah semakin hari semakin banyak yang mulai melek dengan kesehatan mental. Kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik, lho. Stres yang dipelihara bisa bikin hidup tidak produktif, dampak lebih jauhnya bisa membuat depresi. Emosi yang tidak dikontrol bisa membuat keadaan makin kacau.

Ucapan yang biasa dilontarkan juga bisa berdampak pada kesehatan mental seseorang. Seperti, “Eh, gendut, tumben baru keliatan. Kemana aja?“ Bisa jadi yang disapa merespon dengan senyuman atau bahkan malah tertawa. Tapi kita tidak pernah tahu, kan, bagaimana perasaan sebenarnya saat disapa dengan sebutan seperti itu, apalagi kalau sudah terjadi bertahun-tahun lamanya.

Atau, “Laki-laki itu harus kuat, gak boleh nangis!” Padahal kita semua, laki-laki dan perempuan, itu manusia, kan? Menangis itu wajar, itu salah satu bentuk ekspresi yang kalau tidak diungkapkan pun bakal bikin nyesek. Selain itu banyak hal lainnya yang secara tidak sadar membuat seseorang merasa tidak sejahtera dan tidak sehat secara mental.

Memang, sehat dan sakit secara mental itu tidak terlihat layaknya sehat secara fisik. Orang yang sedang merasa depresi tetap bisa melakukan aktivitas layaknya kebanyakan orang. Tapi kita tidak pernah tahu bagaimana lelah dan rapuhnya mental seseorang. Berbeda dengan sakit secara fisik, kalau sedang flu terlihat bersin-bersin, lagi demam badannya panas, dan lain sebagainya.

Nah, apa saja sih ciri-ciri kalau sedang merasa tidak sehat secara mental?

Secara umum, seseorang akan menjadi kurang produktif, tidak bisa mengontrol emosi dengan baik, menghindar atau menarik diri dari lingkungan, dan lain sebagainya. Jadi, kalau ada keluarga, teman, dan orang sekitarmu yang terlihat tidak seperti biasanya, kamu bisa mulai untuk perhatian kepada mereka. Se-simple untuk bertanya, “Kayaknya akhir-akhir ini kamu keliatan beda. Kamu lagi kenapa? Mau cerita sama aku?”

Percayalah, bagi orang-orang yang sedang berjuang melawan mental illness-nya, kata-kata itu bisa menjadi penyembuh atau setidaknya menentramkan batin mereka. Persoalan dia mau cerita atau tetap menutup diri dari masalahnya adalah urusan selanjutnya. Poin pentingnya adalah kamu sudah mau peduli.

Lalu, kenapa kita harus peduli dengan kesehatan mental diri sendiri dan orang lain?

Kesejahteraan seseorang baik dalam bentuk fisik dan mental sangat berpengaruh pada kehidupannya. Tidak jarang seseorang yang punya penyakit fisik tertentu disebabkan karena ia menyimpan beban psikologis yang ditanggung sendiri. Ketika seseorang mendapat dukungan secara psikologis, penyakit fisik yang diderita akan lebih cepat pulih dibanding tidak mendapat dukungan secara psikologis.

Membangun lingkungan yang baik secara psikologis juga bisa membatu mengurangi angka kematian. Data dari penelitian mengatakan bahwa salah satu faktor bunuh diri adalah karena tidak berdayanya seseorang terhadap lingkungannya. Ketidakberdayaan ini muncul dari hal-hal yang tidak menyenangkan dan tidak ada respon dari siapapun yang mampu mengubah situasi tersebut.

Sehingga wajar kalau kesehatan mental itu adalah suatu hal yang penting karena dampaknya bisa sangat besar bagi tiap individu. Juga, kesehatan mental tidak hanya milik mereka yang sedang berjuang melawan mental illness-nya. Kesehatan mental adalah milik semua orang dan alangkah menyenangkan jika semua ikut sadar akan hal ini.

Selamat hari kesehatan mental sedunia! 😊

Sumber gambar dari sini

 

Pertama Bukan Untuk yang Pertama

Bismillah.

Postingan pertama di “rumah baru”. Setelah sebelumnya udah pernah punya 2 rumah untuk tulisan, sekarang lagi nyobain rumah baru. Pertama punya rumah di multiply, itu punya sekitar SMA, udah lama banget juga. Hmmm untuk yang suka ngeblog dari lama mungkin tau nama ini. Terakhir aku tau multiply ini jadi market place gitu atau jadi website gaming, lupa deh. Udah lama gak nyari tau juga.

Terus pas kuliah mulai kenal sama “laman biru tua”, sampai sekarang juga masih dipake sebenarnya. Tapii karena beberapa waktu lalu tiba-tiba diblokir karena alasan yang agak gak masuk akal, akhirnya harus akses laman biru tua pake vpn. Sampai sekarang, laman biru tua masih aku akses dan masih jadi rumah sebenar rumah buatku. Tapi, karena satu dan lain hal -cailah- aku harus bikin tempat baru untuk tulisanku ini.

And I choose wp for my future words, cailah gitu bahasa enggressnyaa hahaha. Semoga kita bisa bersahabat, yaa. ❤